Bisnis Maskapai Penerbangan di Indonesia di Tahun 2025
Bisnis maskapai penerbangan di Indonesia memiliki latar belakang yang kaya dan penting dalam konteks ekonomi dan sosial negara. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat bergantung pada transportasi udara untuk menghubungkan berbagai pulau dan wilayah yang terpisah oleh lautan.
Aditya Wardhana
3/10/20258 min read


Sekilas Industri Penerbangan di Tanah Air
Bisnis maskapai penerbangan di Indonesia memiliki latar belakang yang kaya dan penting dalam konteks ekonomi dan sosial negara. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat bergantung pada transportasi udara untuk menghubungkan berbagai pulau dan wilayah yang terpisah oleh lautan. Dalam satu dekade terakhir, industri penerbangan mengalami pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan transportasi efektif dan efisien. Pertumbuhan ini juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian, menciptakan lapangan kerja baru dan mendukung sektor pariwisata yang kian maju.
Maskapai penerbangan menjadi pilar penting dalam mendukung konektivitas nasional. Tidak hanya mengurangi waktu perjalanan antara pulau-pulau, maskapai di Indonesia juga mempercepat arus barang dan meningkatkan perdagangan antar daerah. Sebagai contoh, penerbangan domestik membantu menyebarluaskan produk lokal hingga ke seluruh penjuru negeri, memperkuat posisi Indonesia sebagai negara potensial dalam perdagangan regional. Devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan asing yang berkunjung.
Pemerintah Indonesia berperan aktif dalam memajukan bisnis maskapai penerbangan melalui berbagai kebijakan yang mendukung, seperti pengembangan infrastruktur bandara dan peningkatan keselamatan penerbangan. Namun, industri ini tidak lepas dari tantangan. Kenaikan harga bahan bakar, persaingan yang ketat, dan dampak regulasi menjadi persoalan yang perlu dihadapi oleh para pelaku usaha. Dengan faktor-faktor tersebut, tuntutan untuk beradaptasi dan berinovasi semakin mendesak.
Pada tahun 2025, industri maskapai penerbangan Indonesia diharapkan dapat lebih berdaya saing, mampu menghadapi hambatan yang ada, dan memanfaatkan peluang yang muncul dalam lanskap transportasi global. Hal ini tidak hanya penting untuk kelangsungan bisnis, tetapi juga krusial bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Tren Pertumbuhan Industri Penerbangan
Industri penerbangan di Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, jumlah wisatawan yang terus meningkat menjadi salah satu pendorong utama perkembangan industri ini. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai sekitar 17 juta pada tahun 2023, dan proyeksi ini diprediksi akan terus meningkat hingga akhir tahun 2025. Hal ini menciptakan permintaan yang lebih tinggi bagi maskapai penerbangan untuk memperluas rute dan frekuensi penerbangan.
Salah satu faktor lainnya yang berkontribusi pada pertumbuhan industri penerbangan adalah ekspansi jaringan penerbangan. Maskapai penerbangan lokal dan internasional semakin gencar dalam menambah jumlah rute baru serta memperkuat konektivitas antar pulau. Keberadaan bandara-bandara baru serta peningkatan kapasitas bandara yang sudah ada juga memberikan dampak positif terhadap aksesibilitas perjalanan udara. Misalnya, dengan dibukanya bandara baru di daerah-daerah pariwisata, jumlah penerbangan ke destinasi tersebut meningkat secara signifikan.
Investasi dalam infrastruktur bandara memainkan peran vital dalam mendukung pertumbuhan sektor penerbangan. Pada tahun 2023, pemerintah Indonesia telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk pengembangan bandara dan fasilitas pendukungnya. Ini termasuk upgrade fasilitas keamanan, penambahan terminal, dan perbaikan landasan pacu. Investasi tersebut tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional maskapai, tetapi juga memberi pengalaman yang lebih baik bagi penumpang.
Dengan kombinasi dari peningkatan jumlah wisatawan, ekspansi jaringan penerbangan, dan investasi infrastruktur, industri penerbangan Indonesia diharapkan akan terus tumbuh dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2025, industri penerbangan diperkirakan akan mencapai level yang lebih tinggi baik dalam hal jumlah penumpang maupun kinerja finansial maskapai penerbangan.
Tantangan yang Dihadapi Maskapai di Tahun 2025
Industri penerbangan di Indonesia pada tahun 2025 diharapkan akan menghadapi beragam tantangan yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah persaingan yang semakin ketat di antara maskapai. Dengan munculnya perusahaan penerbangan baru dan penyedia layanan alternatif, maskapai tradisional harus beradaptasi agar tetap relevan. Hal ini mendorong maskapai untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan layanan pelanggan, dan menawarkan harga yang kompetitif. Setiap maskapai harus mampu menonjol dalam hal kualitas layanan untuk menarik pelanggan dan mempertahankan pangsa pasar.
Tantangan lain yang dihadapi adalah fluktuasi harga bahan bakar. Kenaikan harga bahan bakar dapat berdampak langsung pada biaya operasional maskapai penerbangan. Ketidakstabilan harga ini menyebabkan maskapai perlu melakukan perencanaan keuangan yang lebih baik dan mengembangkan strategi hedging untuk melindungi diri dari dampak fluktuasi tersebut. Investasi dalam teknologi efisiensi energi dan pemilihan bahan bakar alternatif juga dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini.
Regulasi yang berubah-ubah juga menjadi tantangan yang signifikan bagi maskapai penerbangan. Penyesuaian dalam kebijakan penerbangan, baik dari pemerintah domestik maupun internasional, dapat mempengaruhi operasi maskapai. Oleh karena itu, maskapai perlu tetap mengikuti perkembangan peraturan dan beradaptasi dengan cepat untuk mematuhi regulasi baru. Pengembangan hubungan yang baik dengan pemerintah dan lembaga terkait dapat membantu maskapai dalam navigasi regulasi ini.
Terakhir, dampak dari perubahan iklim menjadi isu yang semakin mendesak untuk industri penerbangan. Maskapai diharapkan dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi emisi karbon dan menggunakan praktik yang lebih ramah lingkungan. Dengan menerapkan teknologi yang lebih bersih dan melakukan investasi dalam inovasi berkelanjutan, maskapai dapat mengatasi tantangan ini sekaligus memenuhi tuntutan konsumen yang semakin sadar lingkungan.
Inovasi dan Teknologi dalam Industri Penerbangan
Industri penerbangan di Indonesia pada tahun 2025 diprediksi akan mengalami transformasi signifikan berkat inovasi dan penerapan teknologi modern. Salah satu area yang mengalami perkembangan pesat adalah manajemen penerbangan. Pemanfaatan teknologi berbasis data, seperti big data dan analisis prediktif, akan membantu maskapai dalam mengoptimalkan rute penerbangan, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan efisiensi waktu. Dengan menggunakan algoritma canggih, maskapai dapat menganalisis pola permintaan pasar dan menyesuaikan jadwal penerbangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih efektif.
Pengalaman pelanggan juga akan menjadi fokus utama dalam transformasi ini. Teknologi seperti chatbot dan aplikasi mobile akan memainkan peranan penting dalam memberikan layanan pelanggan yang lebih cepat dan efisien. Penumpang dapat melakukan check-in secara online, memilih kursi, serta mengatur bagasi mereka melalui aplikasi yang user-friendly. Selain itu, real-time tracking untuk pesawat dan update penerbangan secara otomatis melalui notifikasi di aplikasi akan meningkatkan pengalaman perjalanan, membuatnya lebih nyaman bagi penumpang.
Tidak kalah pentingnya, keberlanjutan menjadi isu sentral dalam pengembangan bisnis maskapai penerbangan. Inovasi teknologi juga diarahkan untuk mengurangi jejak karbon dari operasi penerbangan. Implementasi pesawat yang lebih efisien, pemanfaatan bahan bakar alternatif, dan penerapan praktek ramah lingkungan akan menjadi tren yang semakin diterapkan oleh maskapai di Indonesia. Investasi dalam teknologi hijau merupakan langkah proaktif untuk menarik pelanggan yang semakin peduli terhadap isu lingkungan. Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT ABE Indonesia Berjaya bersama Green Power Development Corporation of Japan (GPDJ) mengembangkan proyek industri bioavtur. Proyek bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau Suistanable Aviation Fuel (SAF) ini memusatkan pabriknya di Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dengan demikian, inovasi dan teknologi di industri penerbangan tidak hanya berkontribusi pada efisiensi operasional, tetapi juga meningkatkan pengalaman pelanggan dan mendorong keberlanjutan. Perkembangan ini akan menjadi kunci untuk menjaga daya saing maskapai penerbangan Indonesia di pasar global yang semakin ketat.
Dampak Pandemi Terhadap Industri Penerbangan
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 memberikan dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan, termasuk bisnis maskapai penerbangan di Indonesia. Di awal pandemi, banyak maskapai terpaksa membatalkan penerbangan secara massal, menyebabkan penurunan jumlah penumpang yang drastis. Menurut data yang dikumpulkan Bizsense, penerbangan domestik dan internasional mengalami penurunan hingga 90% pada puncak krisis, yang membuat banyak maskapai menghadapi kerugian finansial yang besar.
Seiring berjalannya waktu, maskapai penerbangan mulai pulih dengan indikasi meningkatnya jumlah penumpang dalam 3 tahun terakhir. Di tahun 2025, maskapai penerbangan mungkin akan terus mengembangkan model bisnis baru yang lebih fleksibel, fokus pada kepraktisan dan keamanan dalam layanan. Inovasi seperti penerapan teknologi digital juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan bagi penumpang.
Prediksi untuk tahun 2025 menunjukkan adanya potensi pertumbuhan yang signifikan. Dengan terbukanya kembali rute-rute internasional dan renggangnya ketentuan perjalanan, bisnis maskapai penerbangan di Indonesia diharapkan dapat kembali mencatatkan angka pertumbuhan yang positif, sekaligus beradaptasi dengan pola perjalanan baru yang lebih berorientasi pada kesehatan dan keselamatan.
Berdasarkan data dari International Air Transport Association (IATA), industri penerbangan global diproyeksikan mencapai pendapatan tertinggi pada 2025, dengan total pendapatan diperkirakan mencapai US$1,007 Triliun, meningkat 4,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, jumlah penumpang pesawat secara global diperkirakan mencapai 5 miliar, menunjukkan peningkatan permintaan perjalanan udara. Di Indonesia sendiri, Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) optimistis bahwa pertumbuhan penumpang akan terus meningkat.
Garuda Indonesia, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mkilik BUMN memastikan akan menambah sejumlah pesawat terbang hingga 89 pesawat sepanjang 2025. Garuda Indonesia proyeksikan pertumbuhan alat produksi secara bertahap dengan target hingga 98 armada di akhir tahun 2026. Garuda Indonesia group saat ini mengoperasikan 202 armada pesawat sebagai jumlah keseluruhan dengan rata-rata usia armada dibawah lima tahun. Garuda Indonesia sebagai mainbrand saat ini mengoperasikan sebanyak 144 pesawat, sedangkan sisanya sebanyak 58 armada dioperasikan oleh anak usaha GIAA, PT Citilink Indonesia (Citilink). Selain GIAA, BUMN juga memiliki maskapai penerbangan lainnya, Pelita Air Service (PAS).
Sementara itu, Lion Air Group menjadi penguasa maskapai di Indonesia. Lion Air Group mengoperasikan 367 pesawat untuk melayani penerbangan domestik dan luar negeri. Armada pesawat Grup Lion pun terbagi dalam Lion Air (109 pesawat), Wings Air (73), Batik Air (72), Super Air Jet (60), Batik Air Malaysia (35), serta Thai Lion Air (18).
Sriwijaya Group, induk dari maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air, berencana menambah jumlah pesawat pada 2025. Sriwijaya akan melakukan penambahan 3 hingga 4 pesawat baru serta ekspansi rute penerbangan untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus berkemban di Indonesia. Adapun untuk pesawat, hingga saat ini Grup Sriwijaya memiliki total 7 unit pesawat, yang terdiri dari 4 unit yang dioperasikan oleh Sriwijaya Air dan 3 unit yang dioperasikan oleh NAM Air.
Selain maskapai-maskapai tersebut, masih ada Indonesia AirAsia, Trigana Air Service, Susi Air, TransNusa, dan FlyJaya. Maskapai penerbangan di Indonesia juga kedatangan pemain baru yakni Indonesia Airlines, yang akan mengoperasikan 20 pesawat yang terdiri dari 10 unit pesawat berbadan ramping, seperti Airbus A321neo atau A321LR dan 10 unit pesawat berbadan lebar, seperti Airbus A350-900 dan Boeing 787-9. Sebelumnya, sebuah maskapai yang tergolong baru yaitu Maskapai BBN Airlines Indonesia atau Blue Bird Nordic mengubah model bisnis menjadi penyewaan pesawat dari sebelumnya penerbangan komersial khusus rute domestik. Maskapai ini berumur singkat setelah mengudara pertama kali di langit indonesia pada September 2024.
Peran Pemerintah dan Kebijakan yang Mendukung
Industri maskapai penerbangan di Indonesia di tahun 2025 akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan maskapai penerbangan. Melalui berbagai kebijakan, pemerintah tidak hanya mendorong investasi dalam infrastruktur, tetapi juga memastikan adanya regulasi yang sehat untuk mendukung keberlangsungan industri ini.
Salah satu aspek paling krusial dari dukungan pemerintah terhadap maskapai penerbangan adalah investasi dalam infrastruktur bandara dan fasilitas pendukung. Dengan meningkatnya jumlah penumpang dan kebutuhan akan layanan yang lebih baik, pemerintah berkomitmen untuk memperluas dan meningkatkan kualitas bandara di seluruh Indonesia. Proyek-proyek seperti pembangunan sejumlah bandara baru di bawah Angkasa Pura (AP) 1 dan AP 2, serta renovasi bandara lama menunjukkan upaya pemerintah dalam mengakomodasi pertumbuhan sektor ini. Bahkan pelibatan sektor swasta dalam pembukaan bandara baru semakin terbuka. Salah satunya Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur yang merupakan proyek percontohan proyek percontohan pertama di tanah air dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) unsolicited, yakni pemrakarsa dan pendanaannya dari pihak swasta atau non APBN (PT Gudang Garam, Tbk.). Selain itu, penyediaan fasilitas transportasi pendukung, seperti akses jalan yang baik, juga sangat penting untuk kelancaran operasional maskapai.
Regulasi yang matang dan transparan merupakan elemen penting lainnya dalam mendukung industri maskapai penerbangan. Kebijakan yang memastikan persaingan sehat di antara maskapai penerbangan dan melindungi hak-hak konsumen menjadi fundamental dalam menjaga kualitas layanan. Dalam hal ini, pemerintah juga perlu merespons perkembangan teknologi dan tren global agar regulasi tetap relevan dan mendukung inovasi.
Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta juga berpotensi menghasilkan manfaat besar bagi kedua belah pihak. Melalui kerja sama, pemerintah dapat memberikan insentif fiskal bagi maskapai penerbangan yang berinvestasi dalam pengembangan berkelanjutan, sementara maskapai dapat memberikan umpan balik yang berharga tentang kebijakan yang ada. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan dan mendukung pertumbuhan industri penerbangan Indonesia di masa depan.
Kesimpulan dan Prediksi Masa Depan
Industri penerbangan di Indonesia di tahun 2025 menunjukkan potensi untuk mengalami pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, peningkatan aksesibilitas, dan permintaan yang terus meningkat dari pasar domestik dan internasional. Selama beberapa tahun terakhir, maskapai penerbangan di Indonesia telah beradaptasi dengan berbagai tantangan, termasuk dampak dari pandemi dan persaingan yang sengit. Ke depannya, penting bagi pelaku industri untuk terus berinovasi dan meningkatkan layanan guna memenuhi harapan penumpang yang semakin tinggi.
Pembuat kebijakan dan pelaku industri penerbangan harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ini. Inisiatif seperti pengembangan infrastruktur bandara, peningkatan keamanan penerbangan, serta reformasi regulasi akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi dan menarik lebih banyak penumpang. Selain itu, adopsi teknologi canggih, seperti sistem pemesanan yang lebih efektif dan penggunaan pesawat yang lebih ramah lingkungan, dapat menjadi poin kunci dalam modernisasi industri penerbangan di Indonesia.
Prediksi menunjukkan bahwa dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, maskapai penerbangan, dan semua pemangku kepentingan, industri penerbangan Indonesia dapat mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2025. Fokus pada keberlanjutan dan inovasi akan memastikan bahwa industri ini tidak hanya tumbuh, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat. Keberhasilan ini akan bergantung pada kapasitas masing-masing pihak untuk bekerja sama dan beradaptasi dengan perubahan pasar, mengikuti tren global, serta memahami kebutuhan konsumen modern. Dengan demikian, Bizsense optimis bahwa masa depan maskapai penerbangan di Indonesia akan cerah.
Ilustrasi dibuat dengan menggunakan AI