Dari Unicorn ke Skandal: Bagaimana Kasus eFishery dan Kecilin Mengguncang Bisnis Ekosistem Startup

Akhir-akhir ini, dunia startup di Indonesia di warnai dengan beberapa kejadian yang cukup menghebohkan netizen. Kehebohan ini terjadi pada kasus eFishery dan Kecilin.id

Aryo M.A.

2/18/20252 min read

Akhir-akhir ini, dunia startup atau perusahaan rintisan di Indonesia diwarnai dengan beberapa kejadian yang cukup menghebohkan netizen. Kehebohan ini terjadi pada kasus yang melibatkan startup eFishery dan hilangnya CEO Kecilin.id, Christopher Farrel, mencerminkan tantangan serius yang dihadapi oleh ekosistem startup di Indonesia, terutama terkait dengan transparansi dan integritas manajemen. Dua kasus yang berindikasi pada praktik kecurangan seperti ini akan berakibat banyak merugikan investor dan juga mempengaruhi segi bisnis dan reputasi industri startup secara keseluruhan di Indonesia.

Latar Belakang Kasus eFishery

eFishery, yang bergerak di bidang akuakultur dan telah mencapai status unicorn1 dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar, terlibat dalam skandal manipulasi laporan keuangan. Investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa perusahaan rintisan yang bergerak di sektor budidaya ikan itu diduga menggelembungkan pendapatan hingga USD 600 juta (sekitar Rp9,8 triliun) selama periode Januari hingga September 2024. Laporan keuangan yang telah dipublikasikan menunjukkan profit yang tidak akurat, dengan klaim laba sebesar USD16 juta, sementara hasil penyelidikan menemukan kerugian sebesar USD35,4 juta.

Penyelidikan terhadap eFishery dimulai setelah adanya laporan dari seorang whistleblower yang mengungkap ketidakakuratan laporan keuangan. Audit yang dilakukan oleh firma akuntansi ternama seperti PwC dan Grant Thornton juga tidak berhasil mendeteksi kecurangan ini, menunjukkan adanya masalah besar dalam pengawasan internal. Laporan investigasi tersebut menyebutkan bahwa perusahaan yang didirikan pada 2013 oleh Gibran Huzaifah di Bandung tersebut memiliki dua versi laporan keuangan: satu untuk publik dan satu untuk internal.

Laporan eksternal menunjukkan profit sebelum pajak sebesar Rp 261 miliar, sedangkan laporan internal mencatat kerugian Rp 578 miliar dalam periode yang sama. Hal ini menandakan bahwa manipulasi laporan keuangan bersifat sistemik dan telah berlangsung lama. Berhenti beroperasi sejak Desember 2024 dan tengah dalam proses penyelidikan, perusahaan ini telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 90% atau hampir seluruh karyawannya yang mencapai sekitar 2.000 orang.

Hilangnya CEO Kecilin: Christopher Farrel

Christopher Farrel Millenio Kusuma, pendiri dan CEO Kecilin, dilaporkan hilang secara misterius sejak 9 Februari 2025. Sebelum menghilang, Farrel diketahui telah menghadapi masalah hukum terkait dugaan penipuan investasi. Ia dilaporkan meminjam uang sebesar Rp150 juta dengan janji untuk melunasinya setelah menyelesaikan proyek yang diberikan pemerintah senilai Rp13 miliar. Namun, akhirnya ia tidak dapat dihubungi sehingga dilaporkan ke polisi pada November 2024. Barang-barang pribadi Farrel ditemukan di Pantai Pandan Payung, Kretek Bantul - Yogyakarta, termasuk surat permintaan maaf kepada keluarganya, yang menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan bunuh diri. Penyelidikan polisi masih berlangsung, namun dugaan adanya penggelapan dana dan penipuan semakin memperburuk citra Kecilin. Bahkan manajemen startup Kecilin yang menutup diri dengan menyatakan bahwa Farrel sudah tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan.

Dampak Terhadap Investor dan Ekosistem Startup

Kedua kasus ini menunjukkan risiko tinggi yang dihadapi oleh investor dalam menginvestasikan dana mereka di startup.Kasus eFishery ini menjadi skandal terbesar di industri startup Indonesia, tidak hanya berdampak pada reputasi eFishery tetapi juga menciptakan ketidakpastian bagi investor lain. Bahkan, ventura internasional seperti SoftBank, sampai bisa tertipu laporan keuangan eFishery hingga dua tahun. Pasalnya, masalah eFishery sudah mulai muncul pada akhir 2022. Akibat kasus tersebut, beberapa investor besar seperti Temasek dan Softbank kini akan lebih berhati-hati dalam memberikan pendanaan, khususnya ke startup asal Indonesia.


Sementara itu, Kecilin yang juga menghadapi potensi penggelapan dana oleh pendirinya, membuat kepercayaan investor terhadap sektor ini bisa terancam. Hal ini dapat mempengaruhi aliran investasi ke perusahaan rintisan lainnya di Indonesia, terutama jika tidak ada langkah-langkah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Pertanyaannya, apakah bisnis startup masih memiliki potensi berkembang di Indonesia? Hal ini harus dijawab oleh ekosistem startup Indonesia, bagaimana mereka harus berupaya dan berjuang kembali dari dasar untuk menjawab kepercayaan dan para investor.


1. Unicorn adalah istilah bagi perusahaan swasta dengan valuasi lebih dari $1 miliar