Del Monte Foods Ajukan Perlindungan Kebangkrutan: Masa Depan Legenda Makanan Kaleng AS
Del Monte Foods, perusahaan makanan kaleng legendaris asal Amerika Serikat yang telah beroperasi selama hampir 140 tahun, resmi mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan melalui proses Chapter 11 di pengadilan kepailitan New Jersey pada Selasa, 1 Juli 2025.
Aryo Meidianto
7/14/20252 min read


Del Monte Foods, perusahaan makanan kaleng legendaris asal Amerika Serikat yang telah beroperasi selama hampir 140 tahun, resmi mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan melalui proses Chapter 11 di pengadilan kepailitan New Jersey pada Selasa, 1 Juli 2025. Langkah ini menandai babak baru dalam perjalanan panjang perusahaan yang dikenal luas lewat produk buah dan sayuran kalengan, kaldu, serta minuman teh, termasuk merek-merek populer seperti Del Monte, College Inn, dan Joyba. Di Indonesia, produk-produk Del Monte seperti sarden kaleng, saus spaghetti, hingga sambal dan bumbu dapur kemasan juga sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Permohonan kebangkrutan ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi yang dipicu oleh tekanan finansial yang cukup berat. Del Monte Foods menghadapi beban hutang yang diperkirakan mencapai antara 1 hingga 10 miliar dolar AS, serta tantangan makro ekonomi yang memengaruhi daya beli konsumen dan pola konsumsi makanan kaleng. CEO Del Monte Foods, Greg Longstreet menyatakan bahwa proses pengajuan ini merupakan langkah strategis untuk mempercepat restrukturisasi dan mencari pembeli baru yang dapat membawa perusahaan ke arah yang lebih kuat dan berkelanjutan. Meski demikian, operasi perusahaan tetap berjalan normal selama proses ini, terutama menjelang musim puncak produksi makanan kaleng.
Analisa mendalam menunjukkan bahwa kebangkrutan Del Monte tidak lepas dari perubahan tren konsumen yang semakin mengarah pada preferensi makanan segar, organik, dan produk dengan label “bersih” yang dianggap lebih sehat. Makanan kaleng, yang selama ini menjadi andalan Del Monte, mulai kehilangan daya tarik di tengah kesadaran konsumen akan gaya hidup sehat dan keberlanjutan lingkungan. Selain itu, perusahaan juga menghadapi tekanan dari biaya produksi yang meningkat akibat gangguan rantai pasok, inflasi harga bahan baku, serta kenaikan suku bunga yang membuat pembayaran utang menjadi lebih berat.
Persaingan yang semakin ketat dengan merek-merek baru yang menawarkan produk premium dan inovatif juga mempersempit pangsa pasar Del Monte. Perusahaan yang pernah menjadi raja industri makanan kaleng ini harus berhadapan dengan tantangan untuk bertransformasi dan berinovasi agar tetap relevan. Restrukturisasi yang sedang berlangsung diharapkan dapat mengurangi beban utang, memperbaiki struktur modal, dan memberikan ruang bagi perusahaan untuk fokus pada segmen pasar yang lebih menguntungkan.
Dari sisi bisnis, proses Chapter 11 memberikan kesempatan bagi Del Monte untuk melanjutkan operasional sambil melakukan negosiasi ulang dengan kreditur dan mencari investor atau pembeli baru. Penjualan aset, baik sebagian maupun seluruhnya, menjadi opsi yang dipertimbangkan untuk mengumpulkan dana segar dan memperkuat posisi keuangan. Namun, keberhasilan proses ini sangat bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan dinamika pasar dan ekspektasi konsumen yang terus berubah.
Fenomena kebangkrutan Del Monte juga mencerminkan tantangan yang lebih luas di industri makanan kaleng dan pengemasan tradisional. Di era konsumen yang semakin sadar kesehatan dan keberlanjutan, perusahaan harus mampu mengadopsi inovasi produk dan model bisnis yang responsif terhadap tren tersebut. Hal ini meliputi pengembangan produk dengan bahan alami, pengemasan ramah lingkungan, serta pemasaran yang menekankan nilai-nilai kesehatan dan etika.