Dilema Fashion Lokal: Ketika Produk Asli Harus Bersaing dengan Tiruan Murah
Merek pakaian lokal Indonesia seperti Drunk Dad yang dikenal dengan produk andalannya, Rumer Shirt, menghadapi tantangan serius ketika desain asli mereka ditiru oleh merek lain seperti KAHA.ID yang meluncurkan Kimmy Shirt dengan harga jauh lebih murah di platform e-commerce seperti Shopee.
Aryo Meidianto
6/10/20251 min read


Merek pakaian lokal Indonesia seperti Drunk Dad yang dikenal dengan produk andalannya, Rumer Shirt, menghadapi tantangan serius ketika desain asli mereka ditiru oleh merek lain seperti KAHA.ID yang meluncurkan Kimmy Shirt dengan harga jauh lebih murah di platform e-commerce seperti Shopee. Rumer Shirt yang dijual dengan harga sekitar Rp590.000 harus bersaing dengan produk tiruan yang ditawarkan hanya sekitar Rp189.000. Hal ini memunculkan istilah “lokal dilokalin” yang menggambarkan fenomena di mana produk asli lokal harus berhadapan dengan versi tiruan yang lebih murah namun merusak pasar dan citra merek asli.
Fenomena ini bukan hanya soal persaingan harga, tetapi juga menyangkut perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HKI) dalam industri fashion Indonesia. Banyak pelaku usaha kecil dan menengah yang belum sepenuhnya memahami pentingnya mendaftarkan desain mereka sebagai hak cipta atau merek dagang, sehingga mudah bagi pihak lain untuk meniru dan menjual produk dengan desain serupa tanpa konsekuensi hukum yang berarti. Perlindungan hukum yang kuat dan penegakan hak cipta yang konsisten sangat diperlukan agar para desainer dan pemilik merek dapat merasa aman berinovasi dan berinvestasi dalam kualitas produk mereka.
Selain perlindungan hukum, edukasi kepada konsumen juga menjadi aspek penting dalam mengurangi permintaan terhadap produk palsu. Kesadaran konsumen harus ditingkatkan mengenai dampak negatif pembelian produk tiruan, mulai dari menurunnya kualitas, kurangnya jaminan produk, hingga kerugian bagi pelaku usaha asli yang telah berjuang keras membangun merek dan reputasi. Kampanye edukasi yang efektif dapat dilakukan melalui media sosial, kolaborasi dengan influencer, dan keterlibatan komunitas fashion lokal untuk menanamkan nilai apresiasi terhadap produk asli dan kreativitas anak bangsa.
Strategi bisnis yang berkelanjutan juga harus melibatkan inovasi berkelanjutan dan diferensiasi produk agar merek asli tetap menarik dan sulit ditiru. Misalnya, penggunaan bahan berkualitas tinggi, desain eksklusif, serta pelayanan pelanggan yang unggul dapat menjadi nilai tambah yang membuat konsumen lebih memilih produk asli meskipun harganya lebih tinggi. Dengan kombinasi perlindungan hukum, edukasi konsumen, dan inovasi produk, industri pakaian lokal Indonesia dapat tumbuh sehat dan berdaya saing, sekaligus mengurangi maraknya produk tiruan yang merugikan.
Ilustrasi dibuat dengan menggunakan aplikasi AI