Hisense: Kisah Raksasa Tiongkok yang Mengguncang Dominasi TV Jepang
Di era 80-an dan 90-an, merek-merek elektronik Jepang seperti Sony (dengan Trinitron-nya), Panasonic, dan Sharp adalah raja di pasar televisi global. "Made in Japan" adalah sebuah label untuk kualitas dan inovasi tinggi.
Aryo Meidianto
7/25/20252 min read


Di era 80-an dan 90-an, merek-merek elektronik Jepang seperti Sony (dengan Trinitron-nya), Panasonic, dan Sharp adalah raja di pasar televisi global. "Made in Japan" adalah sebuah label untuk kualitas dan inovasi tinggi. Para produsen Jepang mendominasi TV dengan produk premium yang canggih, namun mahal, menyasar ke segmen pasar atas dan mengabaikan kebutuhan akan produk yang lebih terjangkau di pasar negara berkembang. Kepercayaan diri ini justru menjadi kelemahan, membuat mereka lambat beradaptasi saat pasar mulai bergeser dan muncul kemudian, brand-brand elektronik asal Tiongkok, salah satunya Hisense.
Kemampuan Hisense Membaca Pasar
Kisah Hisense dimulai dari sebuah pabrik radio kecil di kota Qingdao, Tiongkok, pada tahun 1969. Tujuannya berdirinya pabrik ini sederhana, membuat produk yang mudah diakses dan terjangkau untuk pasar lokal Tiongkok. Perusahaan ini belajar dengan cepat, dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan Jepang seperti Panasonic untuk menyerap keahlian, Hisense berhasil menawarkan TV yang andal dan fungsional dengan harga yang lebih rendah. Hisense menargetkan pasar TV mereka kepada keluarga pekerja dan pasar yang selama ini tidak terlayani oleh merek premium, mereka berupaya membangun fondasi kepercayaan yang kuat.
Titik balik paling signifikan untuk Hisense datang pada masa Krisis Keuangan 2008, dimana konsumen menjadi lebih sadar terhadap harga. Merek Jepang, yang masih terpaku pada strategi premium, mengalami kemerosotan penjualan. Sementara itu, Hisense, dengan posisi harga yang sudah kompetitif, sangat siap untuk memenuhi permintaan pasar yang bergeser ke produk bernilai.
Hisense juga lebih gesit dalam beradaptasi dengan tren baru. Ketika TV berevolusi menjadi perangkat pintar, perusahaan Jepang lagi-lagi tertinggal. Hisense, bersama dengan merek asal Korea Selatan, bergerak cepat untuk menawarkan smart TV dengan harga terjangkau.
Akuisisi strategis juga menjadi pendorong pertumbuhan Hisense. Mereka mengakuisisi bisnis TV Toshiba pada tahun 2017, mendapatkan akses ke merek, pabrik, dan saluran penjualan baru. Akuisisi bisnis TV Sharp di Amerika juga memperkuat posisi mereka.
Hasilnya, pada tahun 2022, Hisense menjadi pengirim TV terbesar kedua di dunia. Sebuah pergeseran dramatis terjadi pada tahun 2024, di mana Hisense bahkan menguasai sebagian besar pasar TV Jepang itu sendiri.
Kesimpulan
Kisah Hisense adalah pelajaran berharga bahwa fokus pada nilai, kemampuan beradaptasi dengan perubahan pasar, dan membuat teknologi lebih mudah dijangkau dapat mengguncang industri yang sudah mapan. Mereka juga cerdik dalam memanfaatkan strategi sponsor pada kegiatan dengan impresi tinggi seperti menjadi sponsor resmi Piala Dunia FIFA mulai dari Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia, Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar, dan juga Piala Dunia Antarklub FIFA 2025. Hal ini mereka lakukan untuk membangun pengakuan merek secara global. Dominasi TV merek Jepang semakin memudar karena keengganan mereka berinovasi di segmen harga yang lebih luas, sebuah celah yang benar - benar dimanfaatkan Hisense dengan sempurna.
Dok. Hisense