Investasi di Dunia Politik: Pelajaran dari Tesla dan Trump yang Jarang Terungkap
Investasi di dunia politik menjadi strategi yang semakin sering digunakan perusahaan besar untuk memperkuat posisi bisnis mereka, meski penuh risiko dan dinamika kompleks. Salah satu contoh menonjol adalah hubungan Tesla dan Trump.
Aryo Meidianto
4/30/20252 min read


Investasi di dunia politik menjadi strategi yang semakin sering digunakan perusahaan besar untuk memperkuat posisi bisnis mereka, meski penuh risiko dan dinamika kompleks. Salah satu contoh menonjol adalah hubungan Elon Musk, CEO Tesla, dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Musk sempat menjabat sebagai penasihat di tim efisiensi pemerintahan Trump (Department of Government Efficiency/DOGE) sebagai special government employee, yang memberinya akses ke lingkaran pengambil keputusan di Gedung Putih. Trump bahkan menyatakan kemungkinan menunjuk Musk ke posisi kabinet atau penasihat jika terpilih lagi, meski hingga kini belum ada penunjukan resmi dan Musk belum secara eksplisit menerima tawaran tersebut.
Strategi ini merupakan bagian dari upaya Tesla untuk mendekatkan diri ke pemerintah, mempengaruhi kebijakan, dan mendorong pengembangan teknologi kendaraan listrik. Namun, hubungan ini juga menunjukkan bahwa investasi politik tidak selalu berjalan mulus. Pemerintahan Trump menerapkan tarif impor 25% untuk mobil dari luar negeri, dan China membalas dengan menaikkan tarif mobil Amerika menjadi 40%. Kebijakan ini berdampak pada kenaikan harga Tesla di China hingga puluhan ribu dolar per unit, serta mendorong Tesla mempercepat pembangunan pabrik di Shanghai untuk menghindari tarif.
Di sisi lain, kedekatan Musk dengan Trump menuai kritik dan protes. Bahkan sampai muncul aksi vandalisme terhadap fasilitas Tesla, serta penurunan penjualan dan harga saham perusahaan. Penjualan Tesla di AS turun 14,5% pada kuartal pertama 2025, dan pangsa pasar Tesla di Eropa juga menurun meski penjualan mobil listrik secara keseluruhan naik.
Kasus Tesla dan Trump ini memperlihatkan politik timbal balik dalam investasi bisnis di ranah politik. Perusahaan seperti Tesla berupaya memanfaatkan kedekatan dengan penguasa untuk mendapat keuntungan regulasi, sementara pemerintah menggunakan kebijakan seperti tarif untuk tujuan ekonomi nasional. Namun, hubungan ini tidak selalu menguntungkan secara langsung dan bisa menimbulkan risiko signifikan, baik secara finansial, operasional, maupun reputasi.
Secara lebih luas, fenomena ini mencerminkan keterkaitan erat antara bisnis dan politik di era globalisasi. Perusahaan besar kini berkompetisi bukan hanya di pasar, tapi juga di arena kebijakan publik yang menentukan kelangsungan bisnis mereka. Oleh karena itu, membangun hubungan strategis dan transparan dengan pemerintah menjadi kunci sukses, namun harus diimbangi dengan manajemen risiko yang matang agar investasi politik tidak menimbulkan kontroversi yang merugikan.
Dalam konteks ini, Tesla dan Trump menjadi studi kasus penting bagi perusahaan lain yang ingin menjajaki investasi di dunia politik. Mereka harus memahami bahwa politik imbal balik bukan sekadar soal mendapat kebijakan menguntungkan, tapi juga menjaga reputasi, kepercayaan pasar, dan kemampuan beradaptasi dengan dinamika politik yang cepat berubah. Menurut Bizsense, pendekatan yang seimbang dan strategis diperlukan agar investasi politik benar-benar memberi nilai tambah jangka panjang bagi bisnis.
Ilustrasi dibuat dengan menggunakan aplikasi AI Freepik - prompt by Bizsense Indonesia