Kembalinya PepsiCo ke Indonesia: Potensi Bisnis yang Menggiurkan Pasar Makanan Ringan

Kembalinya PepsiCo ke Indonesia menandai babak baru dalam peta persaingan industri makanan ringan nasional. Setelah sempat hengkang pada 2021 akibat berakhirnya kemitraan dengan Indofood, PepsiCo kini kembali dengan strategi berbeda, berinvestasi langsung tanpa perantara, membangun pabrik sendiri di Cikarang senilai Rp3,3 triliun (US$200 juta).

Aryo Meidianto

6/26/20252 min read

Kembalinya PepsiCo ke Indonesia menandai babak baru dalam peta persaingan industri makanan ringan nasional. Setelah sempat hengkang pada 2021 akibat berakhirnya kemitraan dengan Indofood, PepsiCo kini kembali dengan strategi berbeda, berinvestasi langsung tanpa perantara, membangun pabrik sendiri di Cikarang senilai Rp3,3 triliun (US$200 juta). Langkah ini bukan hanya sekadar comeback, melainkan sinyal kuat bahwa raksasa global ini melihat pasar makanan ringan Indonesia sebagai ladang emas yang belum tergarap maksimal.

Keputusan PepsiCo untuk fokus pada produk makanan ringan seperti Lay’s, Cheetos, dan Doritos sangat beralasan. Pasar makanan ringan di Indonesia tengah mengalami pertumbuhan pesat, didorong oleh populasi besar—lebih dari 270 juta jiwa dan dominasi generasi milenial serta Gen Z yang mencapai 55% dari total konsumen. Kelompok usia muda ini dikenal gemar mengonsumsi camilan, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara. Nilai pasar makanan ringan tercatat sebesar US$3,87 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 8,13% hingga 2029, menandakan prospek yang sangat cerah untuk para pemain industri, termasuk PepsiCo.

Selain, pertumbuhan ini juga didukung oleh naiknya kelas menengah, urbanisasi, serta perubahan gaya hidup yang semakin praktis dan dinamis. PepsiCo juga melihat peluang besar dalam substitusi produk impor. Dengan membangun pabrik lokal berkapasitas 24.000 ton per tahun dan menggandeng ratusan petani jagung dan kentang, PepsiCo tidak hanya menekan impor camilan, tetapi juga memperkuat rantai pasok dalam negeri dan membuka lapangan kerja baru. Strategi ini selaras dengan upaya pemerintah untuk mendorong industri makanan-minuman nasional yang diproyeksikan tumbuh 5,5% sepanjang 2024, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional.

Selain pasar domestik, PepsiCo juga memandang Indonesia sebagai hub ekspor ke negara-negara ASEAN, memanfaatkan posisi strategis dan besarnya populasi. Komitmen pada keberlanjutan, seperti penggunaan bahan baku lokal dan sumber daya terbarukan, semakin memperkuat posisi perusahaan di mata konsumen yang kini semakin peduli pada aspek keberlanjutan.

Kembalinya PepsiCo ke Indonesia adalah bukti industri makanan ringan di Tanah Air bukan hanya prospektif, tetapi juga sangat kompetitif dan dinamis. Dengan pertumbuhan konsumsi yang konsisten, nilai pasar yang terus meningkat, serta dukungan demografi muda, pasar makanan ringan Indonesia menawarkan peluang bisnis yang sangat besar dan PepsiCo kini siap kembali merebut pangsa pasar yang pernah mereka tinggalkan.