Kisah Sebagian Brand Asal Amerika Serikat yang Hengkang dari Indonesia

Merek-merek Amerika yang selama ini menjadi ikon global juga sempat menghadapi tekanan besar yang berpotensi membuat beberapa di antaranya menghilang. Perubahan pasar, persaingan ketat dari merek internasional, serta tantangan ekonomi dan teknologi memaksa banyak perusahaan untuk beradaptasi atau menghadapi risiko kehilangan eksistensi.

Aryo Meidianto

6/5/20252 min read

Merek-merek Amerika yang selama ini menjadi ikon global juga sempat menghadapi tekanan besar yang berpotensi membuat beberapa di antaranya menghilang. Perubahan pasar, persaingan ketat dari merek internasional, serta tantangan ekonomi dan teknologi memaksa banyak perusahaan untuk beradaptasi atau menghadapi risiko kehilangan eksistensi. Contoh nyata dari fenomena ini dapat dilihat dari sejumlah merek Amerika yang sudah meninggalkan pasar Indonesia dalam beberapa tahun terakhir dan berpotensi semakin terancam keberadaannya.

Salah satu merek yang sempat populer namun akhirnya menghilang adalah 7-Eleven, jaringan minimarket asal Amerika Serikat yang memasuki Indonesia pada 2009 dan sempat berkembang pesat dengan ratusan gerai. Namun, manajemen yang kurang optimal dan kegagalan mencapai target bisnis membuat 7-Eleven menutup seluruh operasionalnya di Indonesia pada 2017. Kasus ini mencerminkan bagaimana merek besar sekalipun bisa gagal bertahan jika tidak mampu menyesuaikan strategi bisnis dengan kondisi lokal.

Selain itu, merek otomotif seperti Chevrolet dan Ford juga telah resmi hengkang dari pasar Indonesia. General Motors yang memproduksi Chevrolet menarik diri pada 2020 karena pasar otomotif yang tidak menguntungkan dan tekanan ekonomi. Ford mengikuti langkah serupa sejak 2016, menutup dealer dan menghentikan impor mobil. Keputusan ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi merek Amerika di segmen otomotif, terutama di pasar berkembang yang penuh persaingan dan fluktuasi ekonomi.

Di sektor minuman, Pepsi juga mengalami penurunan eksistensi di Indonesia setelah kontrak distribusi tidak diperpanjang pada 2019, kalah bersaing dengan kompetitor lokal seperti teh botol Sosro dan global seperti Coca-Cola. Kasus ini memperlihatkan bahwa merek Amerika harus terus berinovasi dan memperkuat strategi pemasaran agar tidak kehilangan pangsa pasar.

Secara keseluruhan Bizsense menilai merek-merek asal Amerika Serikat akan terus menghadapi tantangan besar di tahun 2025, yang tidak hanya berasal dari persaingan bisnis, tetapi juga dari perubahan regulasi, dinamika ekonomi global, dan pergeseran preferensi konsumen. Merek yang gagal beradaptasi dengan cepat dan efektif berisiko menghilang dari pasar, sementara yang mampu berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tren baru akan tetap bertahan dan bahkan berkembang.

Fenomena seperti di atas adalah peringatan keras bagi para pelaku bisnis: kekuatan merek semata tidak lagi cukup. Diperlukan strategi yang cerdas, responsif, dan adaptif terhadap setiap gelombang perubahan zaman. Apakah merek-merek Amerika yang tersisa akan mampu melewati badai ini? Hanya waktu dan kemampuan mereka untuk beradaptasi yang akan menjawabnya.