Prospek Bisnis Ayam Potong di Indonesia pada Tahun 2025

Industri ayam potong di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan sejak awal tahun 1990-an, ketika permintaan daging ayam semakin meningkat akibat pertumbuhan populasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Ayam potong, sebagai salah satu sumber protein hewani utama, memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional.

Aditya Wardhana

3/29/20258 min read

Pendahuluan

Industri ayam potong di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan sejak awal tahun 1990-an, ketika permintaan daging ayam semakin meningkat akibat pertumbuhan populasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Ayam potong, sebagai salah satu sumber protein hewani utama, memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Pada saat ini, Indonesia merupakan salah satu produsen ayam terbesar di Asia Tenggara, dan sektor ini memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan peternak lokal serta penciptaan lapangan kerja.

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi, sektor ayam potong juga beradaptasi dengan berbagai tantangan dan peluang yang muncul. Masyarakat semakin menyadari pentingnya makanan bergizi dan aman dikonsumsi, sehingga mengarah pada permintaan daging ayam yang berkualitas. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan dan ketahanan pangan nasional turut mempengaruhi geliat bisnis ayam potong. Dengan adanya dukungan infrastruktur dan teknologi, produsen ayam potong kini lebih efisien dalam memenuhi kebutuhan pasar.

Pada tahun 2025, industri ayam potong akan tetap cerah seiring dengan meningkatnya kebutuhan terhadap konsumsi daging di tanah air. Di tingkat domestik, pertumbuhan kelas menengah yang semakin pesat dan perubahan perilaku makan masyarakat menjadi pendorong utama. Di sisi lain, dinamika pasar global, termasuk tren konsumsi daging ayam, nilai tukar, serta kompetisi dari negara lain, perlu menjadi perhatian serius bagi pelaku bisnis. Dengan memanfaatkan peluang yang ada serta mengatasi tantangan yang muncul, prospek bisnis ayam potong di Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan berkontribusi pada ketahanan pangan dan ekonomi negara.

Tren Permintaan Daging Ayam di Indonesia

Permintaan daging ayam di Indonesia mengalami tren yang meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat, pertumbuhan pendapatan, dan transformasi gaya hidup. Daging ayam kini menjadi salah satu pilihan protein utama yang digemari oleh berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat yang semakin urban dan dengan gaya hidup yang sibuk cenderung memilih pangan yang praktis dan cepat saji, yang mendorong peningkatan konsumsi daging ayam.

Statistik menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam per kapita di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam dekade terakhir. Pada tahun 2025, proyeksi konsumsi daging ayam ras di Indonesia diperkirakan mencapai 3,47 juta ton, dengan konsumsi per kapita sekitar 5,736 kg per tahun. Konsumsi daging ayam ras per kapita per tahun pada tahun 2020-2025 secara berturut-turut diperkirakan 5,708 kg; 5,730 kg; 5,724 kg; 5,734 kg; 5,735 kg dan 5,736 kg. Angka ini menunjukkan peningkatan yang jelas, mengingat bahwa pendapatan masyarakat yang cenderung meningkat berpengaruh positif terhadap daya beli terhadap produk daging ayam. Selain itu, daging ayam juga dikenal karena harganya yang relatif terjangkau, membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya.

Perubahan gaya hidup, termasuk kecenderungan masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan, juga memainkan peran penting dalam peningkatan permintaan. Daging ayam dikenal sebagai sumber protein yang rendah lemak dan memiliki manfaat kesehatan. Dengan semakin banyaknya program diet berbasis protein, konsumen memilih daging ayam tidak hanya karena rasa, tetapi juga karena manfaat gizi yang ditawarkannya. Selain itu, keberadaan gerai makanan cepat saji yang menyajikan menu olahan daging ayam semakin menunjang popularitasnya di kalangan konsumen, terutama generasi muda.

Melihat potensi ini, bisnis ayam potong di Indonesia tidak diragukan lagi memiliki prospek yang cerah pada tahun 2025, didukung oleh fakta bahwa tren konsumsi daging ayam diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perubahan demografis dan perilaku konsumen. Keberlanjutan tren permintaan ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan bagi para pelaku industri peternakan dan distributor daging ayam.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bisnis Ayam Potong

Bisnis ayam potong di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menentukan keberhasilannya di masa depan. Salah satu faktor utama adalah regulasi pemerintah. Kebijakan terkait dengan peternakan, sanitasi, dan keamanan pangan sangat berperan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi usaha ayam potong. Pemerintah sering kali mengeluarkan peraturan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk serta menjaga kesehatan masyarakat. Pelaksanaan regulasi ini memerlukan pemahaman yang baik dari para pelaku usaha agar dapat mematuhi dan beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Faktor lain yang memiliki dampak signifikan adalah harga pakan. Pakan merupakan komponen utama dalam biaya produksi ayam potong. Fluktuasi harga pakan dapat mempengaruhi margin keuntungan bagi peternak. Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi harga bahan pakan, seperti perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan kebutuhan pangan global, pelaku usaha harus memiliki strategi yang baik dalam pengelolaan sumber daya pakan. Investasi dalam penyimpanan dan pengolahan pakan bisa menjadi solusi yang membantu peternak untuk mengendalikan biaya.

Selanjutnya, kemajuan teknologi budidaya juga menjadi faktor kunci yang mempengaruhi bisnis ayam potong. Penggunaan teknologi terbaru dalam pemeliharaan, seperti sistem otomatisasi dalam pemberian pakan dan monitoring kesehatan hewan, dapat meningkatkan efisiensi dan produksi. Oleh karena itu, adopsi teknologi modern penting untuk diperhatikan oleh para pelaku usaha. Selain itu, kesehatan hewan merupakan elemen yang tidak kalah penting. Penyakit dapat mengancam populasi ayam dan mempengaruhi hasil panen. Oleh karena itu, praktik pencegahan dan pengobatan yang efisien sangat diperlukan untuk memastikan keberlangsungan produksi ayam potong.

Analisis Pasar dan Persaingan

Pasar ayam potong di Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan hingga tahun 2025, didorong oleh meningkatnya permintaan akan produk protein hewani. Selain itu, urbanisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih memilih daging ayam sebagai sumber protein turut berkontribusi pada ekspansi pasar ini. Berdasarkan laporan terkini, konsumsi ayam per kapita di Indonesia telah meningkat, yang menunjukkan bahwa ayam potong menjadi salah satu makanan pokok bagi banyak keluarga. Konsumsi ayam akan meningkat cukup signifikan terutama di Hari Raya Idul Fitri, Natal, atau pada program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Pemain kunci dalam industri ini mencakup perusahaan-perusahaan besar seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed Indonesia, Malindo Feedmill, Cibadak Indah Sari Farm serta perusahaan lain yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU). Perusahaan-perusahaan tersebut telah berhasil membangun jaringan distribusi yang luas serta brand recognition yang kuat di kalangan konsumen. Dengan kapasitas produksi yang melimpah, mereka dapat memenuhi permintaan pasar domestik yang terus tumbuh. Sementara itu, terdapat juga sejumlah peternak lokal kecil yang beroperasi, yang meskipun lebih terbatas dalam sumber daya, mampu menyediakan produk ayam lokal segar dengan harga bersaing.

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) memprediksi permintaan terhadap daging ayam di tahun 2025 meningkat hingga 24% dibanding tahun sebelumnya. Salah satu pemicunya adalah efek dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah dijalankan pemerintah. Sementara itu, menurut Guru Besar Sekolah Bisnis IPB Prof Azam Noer Achsani, dengan base data Sensus Ekonomi Nasional (2017) rerata konsumsi daging unggas Indonesia senilai 7,5 kg/kapita/tahun, dan secara baseline akan naik sebesar 22,1 persen pada tahun 2025 menjadi 9,13 kg/kapita/tahun dan 29,3 persen pada tahun 2045 menjadi 9,66 kg/kapita/tahun.

Hal sama dialami PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang menuai permintaan unggas ayam yang lebih tinggi di tahun 2025. Permintaan unggas diproyeksi lebih tinggi karena adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG). Proyeksi di atas didasarkan pada peningkatan permintaan dan harga ayam yang lebih tinggi dan penurunan kelebihan pasokan daging ayam pedaging (broiler).

Segmentasi pasar ayam potong di Indonesia dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk segmen premium, segmen menengah, dan segmen ekonomis. Setiap segmen memiliki karakteristik konsumen yang berbeda-beda, yang mempengaruhi strategi penyampaian produk. Dalam hal ini, perusahaan menghadapi tingkat persaingan yang cukup ketat, tidak hanya dari pemain besar, tetapi juga dari industri peternakan lokal. Oleh karena itu, strategi diversifikasi produk, inovasi dalam metode pemotongan dan pengolahan, serta penerapan teknologi dalam peternakan menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang dalam pasar yang kompetitif ini.

Strategi lain yang diterapkan oleh perusahaan di industri ayam potong adalah pemasaran yang agresif dan penggunaan media sosial untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Penguatan merek dan pesaing baru yang kreatif dalam produk dan pemasaran membuat industri ini terus beradaptasi dengan tuntutan konsumen yang berubah-ubah. Dengan demikian, kolaborasi antara peternak, distributor, dan retailer menjadi sangat penting agar semua pihak dapat meraih keuntungan dari segmen pasar yang beragam ini.

Inovasi dan Teknologi dalam Budidaya Ayam Potong

Industri budidaya ayam potong di Indonesia mengalami transformasi signifikan berkat inovasi dan teknologi mutakhir. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap daging ayam, efisiensi dalam proses produksi menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu inovasi yang sedang dicermati adalah penerapan sistem manajemen otomatis berbasis IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelligence) dalam pemeliharaan ayam potong. Sistem ini menggunakan teknologi seperti sensor dan perangkat lunak untuk memantau kondisi lingkungan, kesehatan, serta perilaku hewan secara real-time, sehingga peternak dapat mengambil tindakan yang tepat waktu untuk mencegah penyakit atau meningkatkan pertumbuhan.

Sebagai contoh, penggunaan sensor untuk mengukur suhu dan kelembapan dalam kandang atau Smart Climate Control (IoT) yang menghasilkan lingkungan yang optimal bagi ayam, mengurangi angka kematian dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, strategi pemantauan kesehatan berbasis teknologi digital memungkinkan peternak untuk mendeteksi tanda-tanda awal penyakit lebih cepat dibandingkan metode tradisional. Dengan demikian, inovasi dalam teknologi ini tidak hanya menjamin kesejahteraan hewan tetapi juga meningkatkan output dari setiap siklus budidaya.

Selanjutnya, aspek kesejahteraan hewan dalam budidaya ayam potong semakin mendapatkan perhatian. Teknologi baru juga mengedepankan pendekatan yang lebih humanis dalam pemeliharaan, seperti penggunaan sistem kandang yang memungkinkan ayam untuk bergerak lebih bebas. Saat ini ada model Kandang Broiler Elevated dengan dua lantai, lantai dasar untuk feses ayam dan lantai atas untuk pemeliharaan ayam, meningkatkan efisiensi penggunaan ruang. Model lain yakni Closed House, kandang tertutup yang memungkinkan kontrol lingkungan yang lebih baik, mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan produktivitas.

Mesin NIR (Near-Infrared Spectroscopy) yang bisa menganalisis kandungan gizi pakan secara cepat dan non-destruktif, membantu peternak membuat pakan yang lebih optimal. Penerapan metode ini diharapkan dapat mengurangi stres dan memperbaiki kualitas daging yang dihasilkan. Adopsi praktik terbaik dalam budidaya ayam potong juga akan memberikan keuntungan tambahan berupa pengurangan biaya operasional dan peningkatan reputasi pasar.

Dengan berbagai inovasi dan penerapan teknologi yang ada, prospek bisnis ayam potong di Indonesia ke depan menjadi lebih menjanjikan. Keberlanjutan industri ini sangat bergantung pada kemampuan untuk memadukan teknologi dengan sentuhan manusia yang menjaga kesejahteraan hewan, sehingga meningkatkan produktivitas jangka panjang.

Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam beberapa tahun terakhir, isu sustainabilitas telah menjadi semakin penting dalam berbagai industri, termasuk industri ayam potong di Indonesia. Para pelaku bisnis menghadapi tantangan untuk menciptakan praktik yang tidak hanya mengutamakan profit, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan dan sosial. Implementasi praktik bisnis yang berkelanjutan merupakan langkah strategis yang tidak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Penting untuk diakui bahwa berbagai kegiatan dalam proses produksi ayam potong dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan di sektor ini diharapkan untuk mengadopsi metode ramah lingkungan yang mengurangi jejak karbon, seperti penggunaan energi terbarukan dalam operasional harian dan pengelolaan limbah yang efektif. Dengan mengimplementasikan teknologi yang lebih efisien dalam budidaya ayam, perusahaan dapat mengurangi penggunaan air dan pakan yang berlebihan, yang merupakan aspek penting dalam menjaga kelestarian sumber daya alam.

Di samping itu, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan. Melalui program-program CSR, perusahaan ayam potong dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kesejahteraan komunitas lokal. Ini bisa mencakup inisiatif seperti pelatihan keterampilan bagi masyarakat, dukungan pendidikan, dan kampanye kesehatan. Dengan berinteraksi secara positif dengan masyarakat, perusahaan tidak hanya membangun reputasi yang baik, tetapi juga menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.

Secara keseluruhan, memprioritaskan sustainabilitas dan tanggung jawab sosial dalam industri ayam potong di Indonesia pada tahun 2025 menjadi sangat relevan. Ini tidak hanya berkontribusi terhadap kelangsungan bisnis, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menciptakan lingkungan yang lebih baik. Tindakan ini akan membentuk fondasi yang kuat bagi pertumbuhan industri yang berkelanjutan di masa mendatang.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Prospek bisnis ayam potong di Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan potensi yang sangat besar, di tengah peningkatan permintaan akan produk unggas dan kesadaran masyarakat terhadap nutrisi yang lebih baik. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang pesat, kebutuhan akan protein hewani, khususnya ayam potong, akan terus meningkat. Hal ini membuka peluang luas bagi pelaku industri, baik yang sudah berpengalaman maupun calon investor yang ingin terlibat di sektor ini.

Namun, seperti halnya setiap bisnis, industri ayam potong tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah isu kesehatan dan keamanan pangan yang semakin mendapat perhatian. Pelaku usaha harus menjamin bahwa produk ayam yang dijual memenuhi standar kebersihan dan kesehatan sehingga dapat menjaga kepercayaan konsumen. Selain itu, persaingan di antara produsen ayam potong juga akan semakin ketat, terutama dengan munculnya pemain baru dalam pasar.

Disarankan bagi pelaku industri untuk menjalankan praktik usaha yang berkelanjutan dengan menerapkan teknologi modern, seperti sistem manajemen peternakan dan pemrosesan yang efisien. Ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mengurangi biaya operasional jangka panjang. Bagi calon investor, peluang untuk berinvestasi di sektor ini bisa menjadi pilihan yang menarik, namun perlu dilakukan analisis menyeluruh mengenai kondisi pasar dan perilaku konsumen.

Secara keseluruhan, Bizsense melihat prospek bisnis ayam potong di Indonesia pada 2025 sangat menjanjikan, asalkan pelaku industri mau beradaptasi dengan perubahan pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan strategi yang tepat dan pemahaman mendalam mengenai tantangan yang ada, bisnis ayam potong dapat berkembang secara substansial, memberikan keuntungan yang signifikan serta berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

Ilustrasi dibuat dengan menggunakan aplikasi AI - prompt by Bizsense